Header Ads

Khutbah: Islam Adalah Agama Akhlak

 Pentingnya Akhlak didalam Pendidikan - IAINU Tuban


Islam Adalah Agama Akhlak

 

Dr. Shalih bin Humaid  Hafidzahullah Ta'ala

( Imam dan Khatib Masjidil Haram)

 

Khutbah Pertama

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ، ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ مُنْشِئِ ٱلْأُمَمِ وَمُبِيدِهَا، وَبَاعِثِ ٱلرِّمَمِ وَمُعِيدِهَا، أَحْمَدُهُ ـ سُبْحَانَهُ ـ شَاكِرًا طَائِعًا، وَأَسْتَعِينُهُ وَأَسْتَغْفِرُهُ عَابِدًا خَاضِعًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ مُوَحِّدًا مُخْلِصًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ ٱللَّهِ وَرَسُولُهُ، بَعَثَهُ رَبُّهُ بِدِينِ ٱلْحَقِّ دَاعِيًا وَهَادِيًا، صَلَّى ٱللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَىٰ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ صَلَاةً وَسَلَامًا كَثِيرًا دَائِمًا مُتَوَالِيًا.

Segala puji bagi Allah. Segala puji bagi Allah Ta'ala, Pencipta umat-umat dan Yang membinasakannya, Yang menghidupkan kembali tulang-belulang yang telah hancur dan Yang mengembalikannya. Aku memuji-Nya dengan penuh syukur dan ketaatan, memohon pertolongan dan ampunan-Nya dengan penuh ibadah dan kerendahan hati. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dengan tauhid yang murni dan keikhlasan. Dan aku bersaksi bahwa junjungan kita Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, yang diutus oleh Rabb-nya dengan agama yang benar sebagai penyeru dan pemberi petunjuk. Semoga shalawat, salam, dan keberkahan senantiasa tercurah kepada beliau, keluarga, dan para sahabatnya, dengan shalawat dan salam yang banyak, terus-menerus, dan berkesinambungan.

Amma ba'du:

Wahai manusia, aku berwasiat kepada kalian dan juga kepada diriku sendiri agar bertakwa kepada Allah 'Azza wa Jalla. Bertakwalah kepada Allah—semoga Allah merahmati kalian. Allah Ta'ala berfirman:

﴿ وَاتَّقُواْ اللّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّهُ ﴾ [البقرة: 282]

"Bertakwalah kepada Allah, niscaya Allah akan mengajarkan kepadamu." (Al-Baqarah: 282)

Dengan ilmu, amal menjadi benar; dengan amal, hikmah diraih; dengan hikmah, lahirlah sikap zuhud; dengan zuhud, hakikat dunia dikenali. Siapa yang mengenal dunia, akan merindukan akhirat; dan siapa yang merindukan akhirat, akan memperoleh kedudukan yang tinggi. Taufik dari Allah adalah sebaik-baik pemimpin. Siapa yang ridha terhadap ketetapan Allah, tidak akan disakiti oleh siapa pun. Siapa yang merasa cukup dengan pemberian Rabb-nya, tidak akan dimasuki rasa dengki. Dan siapa yang dibukakan baginya pintu kebaikan, hendaklah ia segera memasukinya, karena ia tidak tahu kapan pintu itu akan ditutup darinya.

Ketahuilah, kematian akan menimpa kita semua, kubur akan menaungi kita, dan hari kiamat akan mengumpulkan kita. Allah Ta'ala akan memutuskan perkara di antara kita, dan Dia adalah sebaik-baik hakim. Allah Ta'ala berfirman:

 ﴿ فَاسْتَبِقُوا الخَيْرَاتِ إِلَى الله مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُون ﴾ [المائدة:48].

"Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan. Kepada Allah-lah kalian semua akan kembali, lalu Dia akan memberitakan kepada kalian apa yang dahulu kalian perselisihkan." (Al-Ma'idah: 48)

Wahai kaum muslimin, wahai para jamaah haji ke Baitullah:

Allah عز وجل berfirman:

 ﴿ الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُواْ مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللّهُ وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَاب ﴾ البقرة:197


"Haji itu dilaksanakan pada bulan-bulan yang telah diketahui. Barang siapa menetapkan niat haji di dalamnya, maka tidak boleh berkata kotor, berbuat maksiat, dan berbantah-bantahan selama haji. Apa pun kebaikan yang kalian kerjakan, Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang berakal." (Al-Baqarah: 197)

Aturan perilaku, standar akhlak, dan adab dalam berinteraksi adalah ukuran yang nyata dari komitmen seseorang terhadap ajaran Islam. Ia juga menjadi tanda kemajuan peradaban dan cermin keluhuran nilai kemanusiaan. Inilah prinsip dan adab yang mengatur hubungan antarmanusia dari berbagai latar belakang dan lapisan, adab yang menumbuhkan rasa aman, cinta kasih, pergaulan yang baik, serta kebahagiaan dalam kehidupan bermasyarakat.

Pada diri para jamaah haji dalam kebersamaan mereka, dan kaum muslimin dalam berbagai pertemuan mereka, tampak jelas nilai-nilai perilaku ini: berakhlak dengan akhlak agama mereka dan berkomitmen pada ajaran syariatnya. Siapa yang menumbuhkan rasa cinta di hati manusia, maka mereka pun akan mencintainya; dan siapa yang berbuat baik dalam berinteraksi dengan mereka, akan diterima dengan lapang.

Kelembutan dan akhlak yang baik adalah bahasa kemanusiaan yang universal, dipahami oleh semua orang; orang mulia tertarik kepadanya, dan orang bijak mampu mendengarkan serta menghargainya dengan baik.

Wajah yang ramah adalah cara terbaik untuk memenangkan hati manusia. Sikap bersahabat menghilangkan kedengkian. Dan orang yang berakal serta bermuruah adalah ia yang berbicara kepada manusia dengan perbuatannya sebelum dengan kata-katanya.

Wahai kaum muslimin, wahai para jamaah haji:

Dalam agama kita terdapat tuntunan dan arahan yang membangun jaringan hubungan yang kuat: dimulai dari lingkup keluarga dan masyarakat, meluas ke lingkup umat Islam, hingga mencakup seluruh lingkup kemanusiaan.

Dalam agama kita juga terdapat sabda Nabi :

«أكملُ المؤمنين إيمانًا أحسنُهم خُلُقًا»؛ أخرجه أحمد، وأبو داود، والترمذي.

"Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya."
(HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi)

Dalam sebuah hadis disebutkan:

«إنكم لن تسَعُوا الناسَ بأموالكم، وليسَعْهُ منكم بسطُ الوجهِ وحُسن الخُلُق»؛ رواه الترمذي، والحاكم من حديث أبي هريرة - رضي الله عنه - بإسنادٍ صحيح.

"Sesungguhnya kalian tidak akan mampu mencukupi manusia dengan harta kalian, tetapi cukupilah mereka dengan wajah yang ramah dan akhlak yang baik." (HR. Imam at-Tirmidzi dan al-Hakim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dengan sanad sahih)

Dan dalam hadis riwayat Muslim dari sahabat nabi Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiyallahu 'anhuma, Nabi bersabda:

 «من أحبَّ أن يُزحزَحَ عن النار ويدخُل الجنة فلتأتِهِ منيَّتُه وهو يُؤمنُ بالله واليوم الآخر، وليأتِ إلى الناس الذي يُحبُّ أن يُؤتَى إليه».

"Barang siapa ingin dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka hendaklah ia wafat dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hendaklah ia memperlakukan manusia sebagaimana ia ingin diperlakukan."

Manusia itu beragam: berbeda tabiat, tingkatan, dan kedudukannya. Memperlakukan semua orang dengan cara yang sama tidak selalu tepat dalam kehidupan; apa yang cocok bagi seseorang belum tentu cocok bagi yang lain, apa yang sesuai untuk satu kelompok bisa jadi tidak sesuai bagi kelompok yang lain, dan apa yang baik dilakukan kepada seseorang bisa jadi tidak pantas bagi yang lain.

Karena itu, manusia harus diajak berbicara sesuai dengan tingkat pemahaman mereka. Akal manusia berbeda-beda, cara berpikirnya tidak sama, dan tabiatnya pun beragam. Allah memiliki ketentuan dalam ciptaan-Nya: ada ayah dan anak, suami dan saudara, pemimpin dan yang dipimpin; ada yang cepat memahami dan ada yang lambat; ada yang keras tabiatnya dan ada yang lembut; ada yang dekat hubungannya dan ada yang jauh. Semua itu hadir dalam berbagai pribadi, sifat, dan keadaan: sempit dan lapang, sedih dan gembira. Dan ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang saling mengenal dan berkumpul.

Para bijak berkata:

«إِذَا أَرَدْتَ ٱصْطِيَادَ ٱلسَّمِّ فَضَعْ فِي سِنَّارَتِكَ مَا يُلَائِمُ مِنْ طَعَامٍ، وَقَدْ تُلَائِمُ ٱلدِّيدَانُ لَا فَاخِرُ ٱللُّحُومِ»

"Jika engkau ingin memancing ikan, maka pasanglah umpan yang sesuai; terkadang cacing lebih cocok daripada daging yang mahal."

 

Wahai kaum muslimin, wahai para jamaah haji ke Baitullah:

Inilah sebagian gambaran dari sirah Nabi yang mulia, petunjuk Muhammadi, dan sunnah Nabi , tentang beragam cara bermuamalah dan tuntunan dalam menghadapi berbagai lapisan dan karakter manusia. Padahal beliau adalah Rasul pilihan, pemberi petunjuk dan kabar gembira. Allah Ta'ala berfirman tentang beliau:

﴿ لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيم ﴾ [التوبة:128]

"Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kalian sendiri; terasa berat olehnya penderitaan kalian; sangat menginginkan kebaikan bagi kalian; terhadap orang-orang beriman beliau sangat penyantun dan penyayang." (At-Taubah: 128)

Dan Allah Ta'ala juga berfirman:

﴿ فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِين ﴾ [آل عمران:159].

"Maka berkat rahmat dari Allah engkau bersikap lemah lembut kepada mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, niscaya mereka akan menjauh dari sekelilingmu. Maka maafkanlah mereka, mohonkan ampun untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal." (Ali 'Imran: 159)

Hal pertama yang paling jelas bagi siapa pun yang merenungi sirah Nabi yang agung dan petunjuk Muhammadi adalah cara beliau bermuamalah dengan keluarganya dan sikap beliau di dalam rumah.

Sesungguhnya Nabi kita tercinta Muhammad adalah manusia seperti manusia lainnya: beliau membersihkan pakaiannya, memerah susu kambingnya, melayani keperluan dirinya sendiri, dan membantu pekerjaan keluarganya. Jika waktu shalat tiba, beliau keluar menuju shalat.
(HR. Imam al-Bukhari dan at-Tirmidzi)

Nabi bersabda:

«خيرُكم خيرُكم لأهله، وأنا خيرُكم لأهلِي»؛ أخرجه الترمذي، وابن ماجه.

"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik di antara kalian terhadap keluargaku." (HR. Imam at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Sebagian orang menyangka bahwa kejantanan dan wibawa terletak pada wajah yang selalu masam, dahi yang berkerut, gemar memberi perintah dan larangan, serta enggan bercanda, berbagi kebahagiaan, dan mendengarkan keluarga dengan baik. Padahal anggapan seperti ini keliru.

Hadis panjang tentang Ummu Zar' adalah sebuah percakapan hangat dan penuh keakraban antara 'Aisyah radhiyallahu 'anha dan suaminya, Muhammad Rasulullah —sebuah bentuk kebersamaan, kehangatan, dan candaan dalam rumah tangga.

Termasuk akhlak yang baik dalam bermuamalah adalah bermusyawarah dalam urusan keluarga dan urusan lainnya. Allah Ta'ala berfirman:

﴿ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالاً عَن تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ﴾ [البقرة: 233]

"Apabila keduanya ingin menyapih anak dengan kerelaan dan musyawarah di antara mereka, maka tidak ada dosa atas keduanya." (Al-Baqarah: 233)

Nabi juga bermusyawarah dengan istrinya, Ummu Salamah, dalam perkara besar, yaitu Perjanjian Hudaibiyah, dan beliau mengambil pendapatnya. Beliau juga meminta pendapat Barirah dalam peristiwa besar dan mengguncang, yaitu peristiwa haditsul ifk yaitu peristiwa fitnah besar yang menimpa Ummul Mukminin 'Aisyah radhiyallahu 'anha pada masa Rasulullah .

Perhatikan dan renungkan pula bagaimana sikap Nabi menghadapi kesalahan manusia dan kecemburuan para istri. Ketika salah seorang istri beliau memecahkan bejana berisi makanan milik istri lainnya, Nabi —yang memiliki akhlak paling agung—bersikap lembut, memahami tabiat wanita, seraya bersabda: "Ibu kalian sedang cemburu." Beliau lalu mengumpulkan makanan yang tercecer dan bersabda: "Makanan diganti dengan makanan, dan bejana diganti dengan bejana."
(HR. Imam al-Bukhari dan at-Tirmidzi)

Al-Hafizh Ibnu Hajar رحمه الله berkata:
"Dalam hadis ini terdapat pelajaran bahwa wanita yang cemburu tidak dibebani tanggung jawab atas ucapan atau perbuatannya, karena pada saat itu akalnya tertutup oleh kuatnya emosi akibat kecemburuan."

Wahai sekalian manusia, kekuatan, kekerasan, memukul, dan bersikap kasar mampu dilakukan oleh siapa saja. Namun kesabaran, kelembutan, memaafkan, kelapangan dada, dan toleransi hanya dimiliki oleh orang-orang yang berjiwa kuat, bermuruah tinggi, dan berakhlak mulia. Nabi kalian Muhammad  tidak pernah memukul seorang wanita pun dan tidak pula seorang pembantu, kecuali ketika beliau berjihad di jalan Allah. (HR. Imam Ahmad dan Abu Dawud)

Adapun terhadap anak-anak dan bocah-bocah, maka tidak ada batas untuk menceritakan petunjuk Nabi kita Muhammad dalam hal ini.

Di antara ketelitian beliau dalam berinteraksi dengan anak-anak adalah pemahaman bahwa anak kecil tidak membedakan antara waktu serius dan waktu bermain. Seorang anak merasa seluruh waktu adalah miliknya. Islam menghargai perasaan ini. Karena itu, Rasulullah menggendong putri dari putrinya ketika shalat; saat rukuk beliau meletakkannya, dan saat berdiri beliau menggendongnya kembali. (Muttafaq 'alaih)

Hasan atau Husain radhiyallahu 'anhuma pernah menaiki punggung Nabi ketika beliau sedang shalat, lalu beliau memperpanjang sujud sampai anak itu puas. (HR. Imam Ahmad dan an-Nasa'i)

Bahkan ketika beliau sedang berkhutbah di atas mimbar, Hasan radhiyallahu 'anhu datang dan naik ke mimbar. Nabi pun memeluknya, mengusap kepalanya, lalu bersabda:

 «ابنِي هذا سيدٌ، ولعلَّ اللهَ أن يُصلِحَ على يديه بين فئتين عظيمتين من المسلمين»؛ أخرجه أبو داود.

"Anakku ini adalah seorang pemimpin. Mudah-mudahan Allah mendamaikan melalui tangannya dua kelompok besar kaum muslimin." (HR. Imam Abu Dawud)

Wahai kaum muslimin:

Cara yang paling mudah, paling singkat, dan paling menyenangkan dalam menghadapi anak-anak adalah bersikap lembut kepada mereka, bercanda dengan penuh kasih, merawat dengan baik, serta memberi perhatian dan kasih sayang. Tidak ada seorang pun yang lebih penyayang kepada anak-anak selain Muhammad .

Kesibukan tugas dan banyaknya tanggung jawab tidak boleh menjadi alasan untuk melalaikan hal ini, karena memberi kasih sayang kepada anak-anak termasuk bagian dari tanggung jawab itu sendiri.

Anas radhiyallahu 'anhu berkata:

كان إبراهيمُ ابن الرسول - صلى الله عليه وسلم - مُسترضَعًا في عوالي المدينة، فكان رسول الله - صلى الله عليه وسلم - ينطلقُ ونحن معه، فيدخلُ البيت ويأخذه ويُقبِّلُه ثم يرجع"؛ رواه مسلم.

"Ibrahim, putra Rasulullah , disusui di daerah pinggiran Madinah. Rasulullah sering datang bersama kami, masuk ke rumah, menggendong dan menciumnya, lalu kembali." (HR. Imam Muslim)

Bentuk perhatian kepada anak-anak itu sederhana: ciuman penuh kasih, pelukan hangat, dan permainan yang bersih. Bahasanya mudah, biayanya ringan, tetapi dampaknya sangat besar.

Sungguh menyedihkan orang yang keras dan kasar, seperti lelaki yang melihat Rasulullah mencium cucunya Hasan radhiyallahu 'anhu, lalu berkata: "Apakah kalian mencium anak-anak kalian? Aku punya sepuluh anak, tidak satu pun pernah kucium." Maka Nabi bersabda:

«من لا يرحَمُ لا يُرحَم»، وفي الصورة الأخرى: «أوَأملِك أن نزعَ اللهُ الرحمةَ من قلوبكم».

"Siapa yang tidak menyayangi, tidak akan disayangi." Dan dalam riwayat lain: "Apakah aku mampu jika Allah telah mencabut rasa kasih sayang dari hati kalian?"

Bahkan Nabi mempercepat shalatnya ketika mendengar tangisan bayi, karena khawatir memberatkan ibunya.

 

Wahai para kekasih, wahai jamaah haji ke Baitullah:

Adapun cara berinteraksi dengan para pembantu, pekerja, dan buruh, maka gambaran paling sempurna tentang hal ini adalah ucapan Anas radhiyallahu 'anhu:

"خدمتُ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - عشرَ سنين، فما قال لي لشيءٍ فعلتُه لِمَ فعلتَه، ولا لشيءٍ لم أفعله لم لم تفعله".

"Aku melayani Rasulullah selama sepuluh tahun. Beliau tidak pernah berkata kepadaku tentang sesuatu yang aku lakukan: 'Mengapa kamu lakukan?' dan tidak pula tentang sesuatu yang tidak aku lakukan: 'Mengapa kamu tidak melakukannya?'"

Perhatikan pula kisah Anas radhiyallahu 'anhu berikut ini: ia pernah diutus Rasulullah untuk suatu keperluan, lalu ia melihat anak-anak bermain di pasar dan ikut bermain bersama mereka karena usianya masih sebaya. Nabi menunggu, lalu mencarinya hingga menemukannya sedang bermain.

Anas berkata: "Tiba-tiba Rasulullah memegang tengkukku dari belakang. Aku menoleh, ternyata beliau tersenyum, lalu berkata: 'Wahai Unais, apakah engkau sudah pergi ke tempat yang aku perintahkan?' Aku menjawab: 'Ya, aku akan pergi sekarang, wahai Rasulullah.'"

Inilah pelajarannya: kemanusiaan, kelembutan, dan panggilan penuh kasih: "Wahai Unais"—tanpa bentakan, tanpa kemarahan, apalagi teriakan, pukulan, dan kekerasan.

Ketika seorang lelaki mengadukan pembantunya kepada Rasulullah seraya berkata, "Ia sering berbuat salah dan menzalimi. Bolehkah aku memukulnya?" Maka Nabi menjawab:
"Maafkanlah dia setiap hari tujuh puluh kali." (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi)

Benar wahai kaum muslimin:

Di antara perwujudan terbesar adab bermuamalah dan akhlak yang mulia adalah sikap manusia dalam interaksi muamalah, seperti dalam jual beli, utang-piutang, dan transaksi lainnya. Rasulullah bersabda:

«رحِمَ اللهُ عبدًا سمحًا إذا باعَ، سمحًا إذا اشترى، سمحًا إذا قضى، سمحًا إذا اقتضى»؛ أخرجه البخاري.

"Semoga Allah merahmati seorang hamba yang bersikap mudah ketika menjual, mudah ketika membeli, mudah ketika menagih, dan mudah ketika membayar." (HR. Imam al-Bukhari)

Allah Ta'ala berfirman:

﴿ وَإِن كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ وَأَن تَصَدَّقُواْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُون ﴾ [البقرة:280].

"Dan jika orang yang berutang itu dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai ia lapang. Dan jika kalian menyedekahkannya, itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui."
(Al-Baqarah: 280)

Dan Nabi bersabda:

«ومن سرَّه أن يُنجِيَه الله من كربِ يوم القيامة فليُنفِّث عن مُعسِرٍ أو ليضَع عنه»؛ أخرجه مسلم.

"Barang siapa ingin Allah menyelamatkannya dari kesusahan pada hari kiamat, hendaklah ia memberi kelonggaran kepada orang yang kesulitan atau memaafkan utangnya." (HR. Imam Muslim)

Wahai para jamaah haji:

Adapun dalam menghadapi tipu daya orang-orang yang licik, pengkhianatan para pengkhianat, dan kekafiran orang-orang kafir, Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi Muhammad :

﴿ وَلاَ تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَىَ خَآئِنَةٍ مِّنْهُمْ إِلاَّ قَلِيلاً مِّنْهُمُ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِين ﴾ المائدة:13.

"Dan engkau akan senantiasa melihat pengkhianatan dari mereka, kecuali sebagian kecil dari mereka. Maka maafkanlah mereka dan berlapang dadalah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (Al-Ma'idah: 13)

Seandainya seorang muslim merenungi perjanjian-perjanjian yang dilakukan Nabi dengan nonmuslim, niscaya ia akan melihat berbagai bentuk toleransi, sikap santun dalam berdialog, serta kelapangan hati dalam memaafkan yang mengagumkan dan tiada habisnya.

Rasulullah bersabda pada hari Fathu Makkah (Penaklukan Makkah):

"Barang siapa masuk ke rumah Abu Sufyan, ia aman. Barang siapa menutup pintu rumahnya, ia aman. Dan barang siapa meletakkan senjata, ia aman."

Pada hari penaklukan itu pula, Rasulullah berkata kepada kaum Quraisy—padahal mereka memiliki masa lalu yang kelam dan sejarah yang penuh kezaliman terhadap beliau dan para sahabat, penyiksaan terhadap kaum lemah, serta berbagai gangguan terhadap orang-orang beriman—beliau bertanya: "Menurut kalian, apa yang akan aku lakukan terhadap kalian?" Mereka menjawab: "Engkau adalah saudara yang mulia, anak dari saudara yang mulia." Maka beliau bersabda:
"Aku ucapkan kepada kalian sebagaimana ucapan saudaraku Yusuf:

 ﴿ لاَ تَثْرَيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللّهُ لَكُمْ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِين ﴾ يوسف:92

 'Tidak ada cercaan atas kalian hari ini. Semoga Allah mengampuni kalian, dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.' (Yusuf: 92) Pergilah, kalian semua bebas."

Ketika ada yang berkata kepada beliau: "Berdoalah agar orang-orang musyrik dibinasakan," Nabi menjawab:

«إني لم أُبعَث لعَّانًا، وإنما بُعِثت رحمةً»؛ أخرجه مسلم.

"Sesungguhnya aku tidak diutus sebagai pelaknat, tetapi aku diutus sebagai rahmat." (HR. Imam Muslim)

 

Selanjutnya, wahai hamba-hamba Allah:

Inilah timbangan yang adil dan ukuran yang tidak pernah curang: cintailah untuk orang lain apa yang kalian cintai untuk diri kalian sendiri, bencilah untuk orang lain apa yang kalian benci untuk diri kalian sendiri; berbuat baiklah sebagaimana kalian ingin diperlakukan dengan baik; terimalah dari manusia apa yang kalian ridhai untuk diri kalian sendiri; jangan ucapkan sesuatu yang kalian tidak ingin diucapkan kepada kalian; jangan menzalimi sebagaimana kalian tidak ingin dizalimi; dan berbuatlah kebaikan kepada siapa pun, baik kepada orang yang pantas maupun yang belum pantas—jika mereka belum termasuk orang yang pantas menerimanya, maka kalianlah yang pantas menjadi pelakunya.

Wahai hamba Allah:

Betapa banyak musibah yang hendak datang telah Allah tolak karena kebaikan yang pernah engkau berikan kepada seorang muslim; betapa banyak kegelisahan yang terangkat karena engkau membahagiakan hati orang yang sedang susah; betapa banyak orang yang berada dalam kesempitan terbantu karena pertolongan yang engkau berikan. Barang siapa merasakan panasnya berbuat baik di dunia, ia akan berteduh di bawah naungan kenikmatan di surga. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bertakwa, yang paling giat mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, yang paling menyambung silaturahmi dengan kerabatnya. Dan orang yang bergaul dengan manusia serta bersabar atas gangguan mereka lebih baik daripada orang yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak bersabar atas gangguan mereka.

Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk. Allah Ta'ala berfirman:

 ﴿ وَلاَ تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلاَ السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيم وَمَا يُلَقَّاهَا إِلاَّ الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلاَّ ذُو حَظٍّ عَظِيم وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيم ﴾ فصلت: 34-36

"Tidaklah sama kebaikan dan keburukan. Tolaklah dengan cara yang lebih baik; maka tiba-tiba orang yang antara engkau dan dia ada permusuhan seakan-akan menjadi teman yang sangat setia. Sifat itu tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar, dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang yang memiliki keberuntungan yang besar. Dan jika setan mengganggumu dengan suatu godaan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Fushshilat: 34–36)

نَفَعَنِيَ ٱللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِٱلْقُرْآنِ ٱلْعَظِيمِ، وَبِهَدْيِ مُحَمَّدٍ ﷺ، وَأَقُولُ قَوْلِي هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ ٱللَّهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ ٱلْمُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَخَطِيئَةٍ، فَٱسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ.

Semoga Allah Ta'ala memberi manfaat kepada aku dan kalian dengan Al-Qur'an yang agung dan dengan petunjuk Nabi Muhammad . Aku ucapkan perkataanku ini, dan aku memohon ampun kepada Allah untuk diriku, untuk kalian, dan untuk seluruh kaum muslimin dari setiap dosa dan kesalahan. Maka mohonlah ampun kepada-Nya; sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

 

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ، ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ جَامِعِ ٱلنَّاسِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ، يَعْلَمُ مَا يُسِرُّ ٱلْعَبْدُ وَمَا يُخْفِيهِ، أَحْمَدُهُ ـ سُبْحَانَهُ ـ وَأَشْكُرُهُ وَأَسْتَغْفِرُهُ وَأَسْتَهْدِيهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةَ عَبْدٍ مُوقِنٍ بِقَلْبِهِ مُعْلِنٍ بِفِيهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ ٱللَّهِ وَرَسُولُهُ، قَامَ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ حَتَّىٰ تَفَطَّرَتْ قَدَمَاهُ، وَصَامَ وَوَاصَلَ، فَكَانَ يَبِيتُ عِنْدَ رَبِّهِ يُطْعِمُهُ وَيَسْقِيهِ، صَلَّى ٱللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَىٰ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ، وَٱلتَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَىٰ يَوْمٍ لِكُلِّ ٱمْرِئٍ فِيهِ شَأْنٌ يُعْنِيهِ.

أَمَّا بَعْدُ:

Segala puji bagi Allah, segala puji bagi Allah Yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya; Dia mengetahui apa yang seorang hamba rahasiakan dan apa yang ia tampakkan. Aku memuji-Nya, bersyukur kepada-Nya, memohon ampun dan petunjuk-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, sebagai kesaksian seorang hamba yang yakin dengan hatinya dan mengikrarkannya dengan lisannya. Dan aku bersaksi bahwa junjungan dan nabi kita Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya; beliau beribadah kepada Rabb-nya hingga kedua kakinya bengkak, beliau berpuasa dan menyambung puasanya, hingga bermalam bersama Rabb-nya yang memberi beliau makan dan minum. Semoga shalawat, salam, dan keberkahan senantiasa tercurah kepada beliau, kepada keluarga dan para sahabatnya, serta kepada para tabi'in dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari di mana setiap orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Amma ba'du:

 

Wahai kaum muslimin yang terkasih, wahai para jamaah haji Baitullah.

Di antara adab dan keindahan dalam bermuamalah adalah keyakinan yang kuat bahwa tidak ada seorang pun yang terbebas dari kekurangan.

Sa'id bin al-Musayyib رحمه الله berkata:

"ليس من شريفٍ ولا عالمٍ ولا ذي فضلٍ إلا وفيه عيوبٌ".

"Tidak ada seorang yang mulia, tidak pula seorang alim, dan tidak pula orang yang memiliki keutamaan, melainkan pasti memiliki kekurangan."

Namun, di antara manusia ada yang tidak pantas disebutkan kekurangannya; siapa yang keutamaannya lebih banyak daripada kekurangannya, maka kekurangannya tertutup oleh keutamaannya. Betapa sering engkau mencela sebagian orang, namun ketika melihat yang lain, engkau justru memuji mereka.

Nabi kita Muhammad bersabda tentang hubungan suami-istri:

«لا يفرَكُ مؤمنٌ مُؤمِنةً، إن كرِهَ منها خُلُقًا رضِيَ منها آخَر»؛ رواه مسلم.

"Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah; jika ia membenci satu perangainya, maka ia ridha terhadap perangai yang lain." (HR. Imam Muslim)

Manusia—semoga Allah merahmatimu—membenci orang yang tidak melupakan kesalahan mereka dan terus mengungkit kekhilafan mereka. Menghadapkan manusia secara langsung dengan kesalahannya adalah jalan tercepat menuju permusuhan. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya. Dan orang-orang bertakwa adalah mereka yang menahan amarah dan memaafkan manusia.

Hargailah orang lain, niscaya engkau akan dihargai; tersenyumlah kepada manusia, niscaya mereka tersenyum kepadamu. Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah. Membangkitkan perasaan-perasaan mulia dalam jiwa manusia adalah jalan yang bijak dan mulia untuk meraih hati dan memberi pengaruh.

Dalam bermuamalah—semoga Allah menjagamu—hindarilah terlalu sering berbicara tentang diri sendiri dan mengklaim keutamaan, serta melempar kesalahan kepada orang lain. Apa yang engkau banggakan bisa jadi dipandang orang lain sebagai kekurangan dan cela. Perbaikilah cara mendengar; memotong pembicaraan melukai perasaan. Barang siapa tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah. Jangan sekali-kali berburuk sangka terhadap ucapan seseorang selama engkau masih dapat menafsirkannya kepada makna yang baik.

Kemudian:

Sesungguhnya manusia—dan engkau termasuk di dalamnya—lebih didorong oleh perasaan terlebih dahulu, baru kemudian oleh akal.

Maka bertakwalah kepada Allah—semoga Allah merahmati kalian—karena orang yang baik akhlaknya akan mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat malam. Seorang mukmin itu mudah bergaul dan menyenangkan untuk diajak bergaul; tidak ada kebaikan pada orang yang tidak bisa bergaul dan tidak menyenangkan untuk digauli. Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.

Kemudian, bershalawat dan salam-lah kalian kepada rahmat yang dihadiahkan dan nikmat yang dianugerahkan: Nabi kalian Muhammad Rasulullah . Sungguh Allah telah memerintahkan kalian untuk itu dalam kitab-Nya yang mulia—dan Dia Maha Benar dalam firman-Nya:

﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ﴾ الأحزاب: 56.

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepadanya dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan."
(Al-Ahzab: 56)

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَىٰ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ الْحَبِيبِ الْمُصْطَفَىٰ، وَالنَّبِيِّ الْمُجْتَبَىٰ، وَعَلَىٰ آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ، وَعَلَىٰ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الْأَرْبَعَةِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَالتَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَىٰ يَوْمِ الدِّينِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِعَفْوِكَ وَجُودِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِينَ.

Ya Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan keberkahan kepada hamba dan Rasul-Mu, Nabi kami Muhammad yang tercinta dan terpilih, Nabi yang Engkau muliakan; juga kepada keluarga beliau yang suci lagi disucikan, kepada istri-istri beliau, para ibu kaum mukminin. Ya Allah, ridhailah para khalifah yang empat lagi mendapat petunjuk: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali; ridhailah seluruh sahabat, para tabi'in, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan hingga hari kiamat. Sertakanlah kami bersama mereka dengan ampunan, kemurahan, dan kebaikan-Mu, wahai Dzat Yang Maha Mulia.

اللهم أعِزَّ الإسلام والمسلمين، اللهم أعِزَّ الإسلام والمسلمين، اللهم أعِزَّ الإسلام والمسلمين، وأذِلَّ الشرك والمشركين، واخذل الطغاة والظلَمة والملاحدة وسائر أعداء الملَّة والدين.

Ya Allah, muliakanlah Islam dan kaum muslimin. Hinakanlah kesyirikan dan para pelakunya, hancurkanlah para tiran, orang-orang zalim, kaum atheis, serta seluruh musuh agama dan umat ini.

اللهم آمِنَّا في أوطاننا، وأصلح أئمتنا وولاة أمورنا، واجعل اللهم ولايتنا فيمن خافك واتقاك، واتبع رضاك يا رب العالمين.

Ya Allah, berikanlah kami keamanan di negeri-negeri kami, perbaikilah para pemimpin dan penguasa kami, dan jadikanlah kepemimpinan kami berada di tangan orang-orang yang takut kepada-Mu, bertakwa kepada-Mu, dan mengikuti keridaan-Mu, wahai Rabb seluruh alam.

اللهم وفِّق إمامنا ووليَّ أمرنا بتوفيقك، وأعِزَّه بطاعتك، وأعلِ به كلمتك، واجعله نُصرةً للإسلام والمسلمين، وألبِسه لباسَ الصحة والعافية، وأمِدَّ في عُمره على طاعتك، اللهم وفِّقه ونائبَيْه وإخوانه وأعوانه لما تحب وترضى، وخُذ بنواصيهم للبر والتقوى.

Ya Allah, berilah taufik kepada imam dan pemimpin kami dengan taufik dari-Mu. Muliakanlah dia dengan ketaatan kepada-Mu, tinggikan melalui dirinya kalimat agama-Mu, jadikan dia penolong bagi Islam dan kaum muslimin. Kenakanlah kepadanya pakaian kesehatan dan keselamatan, panjangkanlah umurnya dalam ketaatan kepada-Mu. Ya Allah, berilah taufik pula kepada wakil-wakilnya, saudara-saudaranya, dan para pembantunya untuk melakukan apa yang Engkau cintai dan ridhai. Giringlah mereka menuju kebajikan dan ketakwaan.

اللهم وفِّق ولاةَ أمور المسلمين للعمل بكتابك وبسنَّة نبيك محمد - صلى الله عليه وسلم -، واجعلهم رحمةً لعبادك المؤمنين، واجمع كلمتَهم على الحق والهدى يا رب العالمين.

Ya Allah, berilah taufik kepada seluruh pemimpin kaum muslimin agar menjalankan pemerintahan dengan berpegang pada Kitab-Mu dan Sunnah Nabi-Mu Muhammad . Jadikanlah mereka rahmat bagi hamba-hamba-Mu yang beriman, dan satukanlah hati serta langkah mereka di atas kebenaran dan petunjuk, wahai Rabb seluruh alam.

اللهم يسِّر للحُجَّاج حجَّهم، اللهم يسِّر للحُجَّاج حجَّهم، واجعل حجَّهم مبرورًا، وسعيَهم مشكورًا، وذنبَهم مغفورًا، اللهم وأحسِن مُنقلبَهم، وأعِدهم إلى ديارهم سالمين غانمين مقبولين، بمنِّك وجودِك يا أكرم الأكرمين.

Ya Allah, mudahkanlah bagi para jemaah haji pelaksanaan ibadah haji mereka. Ya Allah, mudahkanlah bagi para jemaah haji ibadah haji mereka. Jadikanlah haji mereka haji yang mabrur, sa'i mereka diterima, dosa-dosa mereka diampuni. Ya Allah, perbaikilah tempat kembali mereka, dan kembalikanlah mereka ke negeri masing-masing dalam keadaan selamat, memperoleh keberuntungan, dan diterima amalnya, dengan karunia dan kemurahan-Mu, wahai Dzat Yang Maha Mulia.

﴿ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار ﴾ البقرة:201.

"Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka." (Al-Baqarah: 201)

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلَامٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِينَ، وَٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَالَمِينَ.

 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.